• Muslimah Harus Mata Duitan

    Credit: Pinterest

    “Duit itu ibarat mantan, sulit dilupakan” “Sewangi-wangi bau parfum, lebih wangi bau duit baru” 
    “Duit nggak dibawa mati, tapi kalo nggak ada rasanya mau mati” 

    Duit menjadi incaran masyarakat, baik dikalangan orang tua, remaja, hingga anak kecil pun juga ikut serta untuk merebutkan lembaran kertas berangka rupiah tersebut. Sampai-sampai apapun akan dilakukannya hanya karena sebuah “DUIT”. Sungguh membagongkan. Di zaman sekarang banyak orang rela menjual harga dirinya demi sebuah “DUIT”. Bukan hanya itu saja, banyak pejabat-pejabat yang tidak amanah, mereka rela melakukan korupsi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, dan semua itu tak lain hanya karena “DUIT”. Tapi di sini bukan ingin membahas duit kertas ya gaes, melainkan arti dari sebuah “DUIT” bagi seorang muslimah. Duit di sini ialah sebuah akronim dari Doa, Usaha, Iman, dan Tawakkal. Sebagai seorang muslimah di saat kita menginginkan suatu akan sebuah pencapaian hendaknya diiringi dengan “DUIT” (Doa, Usaha, Iman, Tawakkal).

    D (Doa) Berdoa bukan hanyalah sekedar meminta kepada Sang Rabb ataupun Sang Kholiq, namun tak lain ialah pengakuan kita menjadi nyata. Sejatinya doa dan usaha memiliki ikatan yang kuat, utuh. Tanpa Doa Usaha akan sia-sia, dengan Doa yang disertai Usaha akan mewujudkan sebuah cita-cita.

    U (Usaha) Usaha itu perlu , Doa dan Usaha sangatlah mempunyai hubungan yang erat. Usaha tanpa Doa itu sombong, doa tanpa usaha gitu bohong. Sebuah kesuksesan berawal dari sebuah usahha dan sejatinya usaha tak akan pernah mengkhianati hasil.

    I (Iman) Beriman berati percaya, doa dan usaha harus berdasarkan dengan adanya keimanan. Dengan keimanan kuat tertanam dalam hati menjadikan kita hidup ke arah yang lebih baik dan pintu kesuksesan pun akan terbuka lebar. 

    T (Tawakkal) Tawakkal adala penyempurna setelah kita yakin, berusaha, dan berdoa. 


    Disisi lain supaya kata “DUIT” menjadi lebih sempurna dan lebih bermakna bagi seorang muslimah.


    Penulis: Nailatul Mutthoharoh
    Editor: Henik Ika
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.