• Peran Organisasi Ekstra Kampus dalam Mengembangkan Potensi Diri Mahasiswa KIP-K

    Setiap diri kita memiliki potensi, bukan? Karena potensi adalah anugerah dari Sang Ilahi Robbi bagi setiap individu yang diciptakan-Nya. Maka dari itu, kita dengan setiap potensi yang ada di setiap diri kita masing-masing berkewajiban untuk mengembangkannya. Lalu, bagaimana caranya?
    Potret Yulia saat menjadi pemateri dalam acara DIKSI BMC Walisongo

    Alhamdulillah, kesempatan yang sangat berharga dan menyenangkan bagi Saya pribadi karena sore hari ini (22/8/2023), dapat bertemu dan berkumpul dengan keluarga besar BMC Walisongo Semarang. Bukan hanya bertemu semata-mata hanya sekedar menikmati senja dan bercengkrama bersama, melainkan saling berbagi ilmu sebagaimana aktivitas kita seharusnya sebagai seorang mahasiswa untuk menjadi bekal masa depan, khususnya kita sebagai mahasiswa BMC/KIP-K.

    Saya ucapkan selamat kepada teman-teman, khususnya mahasiswa baru yang baru saja dinyatakan sebagai seorang mahasiswa dan menjadi penerima beasiswa KIP-K. Bukan tanpa sebab kita semua menerima uang rakyat tersebut, teman-teman. Justru kita semua adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah Swt. untuk memikul tanggung jawab besar menjadi seorang pembelajar yang nantinya diharapkan dapat menjadi pemimpin-pemimpin besar, sehingga mampu mendobrak pintu-pintu yang sekiranya menghambat pendidikan di negara Indonesia.

    Jadi, sangat berdosa sekali apabila kita sebagai para penerimanya kok duduk manis, terpangku menikmati setiap cairan, dan berleha-leha, "Kuliah pulang-kuliah pulang". Yang masih demikian, ayo sadar teman-teman! Tanggung jawab kita sangat besar terhadap uang yang kita gunakan selama menempuh pendidikan. Padahal sejatinya uang tersebut adalah salah satu bentuk pertolongan Allah agar kita dapat terfasilitasi dalam mengembangkan potensi diri.

    Setiap diri kita memiliki potensi. Lalu, bagaimana caranya? Jika kita sekarang posisinya adalah seorang mahasiswa, maka salah satu cara terbaiknya adalah dengan mengikuti organisasi ekstra kampus, karena dengan mengikutinya maka seorang mahasiswa dapat menjadi pribadi yang lebih handal, cepat tanggap dalam menghadapi berbagai macam fenomena permasalahan, baik di kampus, bahkan negara yang ruang lingkupnya jauh lebih luas.   

    Berbicara mengenai mahasiswa, yang setidaknya memiliki tiga peran yaitu sebagai agent of change, agent of control, iron stock, tidak bisa hanya dilakukan dengan kuliah-pulang-kuliah pulang atau yang biasanya disingkat dengan mahasiswa “Kupu-kupu”. Saya pastikan sangat rugi, teman-teman!

    Teman-teman kini sudah terpilih sebagai seorang mahasiswa, maka wajib hukumnya memikirkan untuk menjadikan diri kita masing-masing ini seperti apa, menjadi seorang mahasiswa yang bagaimana?

    Teman-teman bisa mengarahkan diri untuk tergabung ke dalam organisasi-organisasi ektra kampus, selain juga intranya yang berada dalam naungan kampus sendiri seperti HMJ, Sema, dan Dema. Karena manfaatnya sangat banyak teman-teman untuk kehidupan di masa mendatang. Misalkan, kemapuan memecahkan permasalahan, mendapatkan banyak relasi, pandai publik speaking, menulis, berkreasi dan lain sebagainya.

    Adapun untuk organisasi ekstranya jauh lebih banyak manfaatnya sebagai contoh adalah Saya adalah mahasiswa penerima BMC 2019 yang memilih Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai wadah penggemblengan diri Saya atau Saya memutuskan diri untuk berproses di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai sarana mengembangkan potensi diri dan sudah Saya buktikan tidak ada istilah ikut organisasi ekstra kampus akan menghambat perkuliahan dan kelulusan. Itu adalah hoax, dan hanya berlaku bagi mereka yang tidak mau berusaha dan berlindung di bawah organisasi-organisasi yang diikuti

    Sebelumnya, perlu Saya sampaikan bahwa ada banyak organisasi ekstra kampus yang ada di lingkungan mahasiswa, teman-teman, khususnya di lingkungan UIN Walisongo kita tercinta. Organisasi-organisasi tersebut diantaranya adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Semua organisasi yang ada ini memiliki tujuan yang mulia yaitu wadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt dan sebagai sarana perjuangan para mahasiswa Islam untuk Indonesia dan menegakkan ajaran agama Islam.

    Sementara, apabila kita urutkan dari tahun lahirnya organisasi-organisasi ekstra tersebut adalah HMI menjadi organisasi mahasiswa Islam yang pertama kalinya ada di Indonesia yang dibentuk pada tanggal 5 Februari tahun 1947, lalu disusul PMII tahun 1960, kemudian IMM tahun 1964, dan yang terakhir adalah KAMMI tahun 1998. Jadi, HMI adalah kakak tertua dari semua organisasi mahasiswa Islam yang ada. HMI lahir atas dasar ke Indonesiaan dan KeIslaman yang diprakarsai oleh pahlawan nasional, Lafran Pane. Dan, organisasi-organisasi yang lainnya itu lahir karena sebuah pengerucutan/penspesifikan dari adanya ormas-ormas Islam oleh para pemudanya yang ingin fokus terhadap tujuan dari setiap ormasnya.

    Lalu, untuk Saya pribadi memilih HMI karena “Saya pikir, saya rasa, dan saya sudah membuktikannya bahwa HMI telah memfasilitasi Saya dalam mengembangkan potensi diri sebagai anugerah sang Ilahi”. Ber-HMI itu, bagi Saya sangatlah asyik. Dan, bukan tanpa alasan Saya memilih Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai kawah candradimuka Saya dalam berproses mengembangkan potensi. Saya tidak main-main untuk mengoptimalkan potensi diri Saya di tempat Saya belajar. Di samping berbagai macam penggambaran terhadap HMI di kampus UIN tercinta, justru membuat Saya tambah penasaran. Dalam benak Saya berkecamuk, “Apakah benar, yang dibilang oleh orang-orang?”

    Saya terus dibuntuti oleh rasa penasaran, dan sebagaimana prinsip hidup Saya, akan Saya membuktikannya secara detail. Ternyata, semakin Saya mencari bukti kebenaran atas apa yang orang-orang katakan terhadap HMI adalah “Tidak benar adanya”. Justru, Saya menemukan sebuah kebenaran di dalamnya dengan berbekal pada tujuan HMI yang Saya ketahui saat LK 1 (Latihan Kader 1), yang bunyinya sebagaimana pasal 4 AD HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt”.

    Bukan waktu yang cepat untuk membuktikan, melainkan selama Saya menjalani masa perkuliahan sarjana di kampus tercinta hingga saat ini. Seiring berjalannya waktu, setelah semua yang dikatakan orang adalah “tidak benar”. Contoh, HMI adalah organisasinya kelompok Muhammadiyah, HMI itu sesat, rasis, dan lain sebagainya. Maaf, Saya tidak orang yang begitu percaya hanya dengan ucapan-ucapan demikian. Lalu, Saya bertekad untuk membuktiknnya sendiri dan ternyata apa yang menjadi tuduhan orang-orang adalah “Tidak Benar”, justru sebaliknya, semakin terbukti apa yang menjadi tujuan HMI di atas. Jika masih ada orang-orang yang demikian, Saya anggap bahwa orang-orang tersebuh masih masih lemah membaca dan tidak berani dalam beraksi (membuktikannya). Bukankah jika kita hendak mengetahui sebuah kebenaran kita haruslah objektif?

    Oleh karena itu, dengan data-data yang pas yang saya dapatkan, dengan mengucapkan Bismillahirrohmanirrohim Saya memilih HMI sebagai wadah Saya berproses selama menjadi seorang mahasiswa guna meraih ridho-Nya.

    Selain itu, Saya memilih HMI karena HMI adalah Himpunan Mahasiswa Islam pertama kali di Indonesia yang alumninya sudah begitu banyak baik kancah nasional sampai internasional. Contohnya adalah Anis Baswedan (akademisi, aktivis sosial, politisi), K.H. Yahyan Cholil Staquf (Ketua umum Pengurus Besar Nahdlaltul Ulama), Mahfud MD (akademisi, hakim, politisi), Akbar Tanjung (politikus Indonensia, mantan ketua umum DPR RI), Lafran Pane (pahlawan nasional sekaligus pendiri HMI), Anwar Ibrahim (perdana Menteri Malaysia) dan lain sebagainya. Saya merasakan betul sejak Saya menjadi seorang mahasiswa terkhusus adalah kader HMI, Saya memiliki keluarga yang sangat menerima Saya layaknya keluarga kandung dimanapun Saya berada, kapanpun dan dalam keadaan apapun, sekalipun Saya belum kenal dan belum pernah sama sekali bertemu sebelumnya.

    Lalu, Saya juga mendapatkan banyak relasi di HMI, baik dari kalangan akademisi, pengusaha, politikus, pejabat negara, dan lain sebagainya baik di dalam maupun luar negeri. Saya merasa lebih tertantang dan belajar karena ketika Saya mengikuti jenjang perkaderan di HMI. Saya dapat berdisukusi, berdebat, beradu argument dengan seluruh mahasiswa dari berbagai mahasiswa dari kampus-kampus di Indonesia dengan berdasarkan data dan sumber. Berbeda sekali jika kita hanya bergerak di dalam lingkungan kelas, di bangku perkuliahan setiap harinya. Tidak ada tantanganyan sama sekali. Berbeda dengan kita ketika dihadapkan dengan teman-teman kita yang dari kampus UI, misalnya, UB, UGM dll. Tentunya kita tidak akan main-main dalam menyampaikan argument atau kita akan malu sendiri selain membuat malu almamater yang telah tersemat.

    Disamping itu, ketika Saya mengetahui bahwa Saya berpotensi untuk kemampuan menulis serta public speaking, Saya merasa sangat tervasilitasi di HMI melalui setiap agenda yang diadakan serta adanya LPP (Lembaga Pengembangan Profesi). LPP ini diantaranya adalah adanya LAPMI sebagai wadah bagi para aktivis HMI yang ingin belajar dunia tulis menulis, LDMI yakni wadah bagi para kader untuk melatih public speaking, Lapenmi sebagai wadah belajar mengajar atau sebagai tentor, Senyawis sebagai wadah bagi para kader yang memiliki potensi di musik, LEPPAMI bagi yang pecinta alam dan lain sebagainya. Pada intinya adalah adanya wadah-wadah ini merupakan sarana di HMI untuk memfasilitasi bagi setiap kadernya untuk mengoptimalkan potensi yang ada di dalam diri setiap kader.

    Selanjutnya, alasan kuat Saya untuk memilih HMI sebagai wadah Saya berproses adalah Saya menemukan tempat yang sangat tepat ketika Saya ingin menuangkan pendapat atau gagasan dengan tidak dibatasi oleh ormas manapun. HMI itu independent, tidak dibawah naungan (underbrow) pihak manapun itu. Misal, ketika ada sebuah kesalahan dari seorang tokoh, kita bisa langsung menyampaikan pendapat atau kritik dan memberikan saran sekiranya bisa menjadi perbaikan kedepan tanpa harus mengedepankan rasa ‘pekewoh’ dan lain sebagainya. apabila benar maka kita ungkapkan benar, dan yang salah maka kita harus ungkapkan bahwa itu adalah sebuah kesalahan. HMI itu sangat independent dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis. Mau teman-teman dari ormas NU, Muhammadiyah, Persis dan lain sebagainya tidak ada kata larangan untuk bergabung di HMI. Sejatinya kita semua sama, sama-sama orang Islam yang menyembah Allah Swt. Sangatlah asyik.

    Kembali lagi, dan kalau kita hanya mengandalkan pihak kampus untuk memberikan setiap diri kita ruang tentunya tidak akan terfasilitasi seluruhnya dengan optimal. Maka, kita harus cerdas untuk segera mengambil tindakan memilih organisasi, tempat dimana diri kita akan dilakukan penggemblengan. Sebagai seorang mahasiswa KIP-K haruslah cerdas dalam menentukan pilihan yang bijak. Menempatkan diri pada wadah yang tepat sesuai dengan fashionnya dalam rangka mengembangkan potensi diri. Semangat, untuk kita semua. Kita semua sejatinya adalah bersaudara, dimananapun kita berproses lakukan yang terbaik selama menjalani prosesnya dan berikan sumbangsih terbaik bagi diri kita, orang tua kita, kampus, bangsa, dan agama kita tercinta yakni agama Islam. Mari kepakan sayap, terbang setinggi-tingginya dan jemput berlian-berlian indah di luar sana, karena berlian yang indah tidak hanya di dapatkan di satu tempat, melainkan ada banyak berlian-berlian berharga yang berada di luar dan akan memberikan kita banyak pembelajaran berharga. Wallahu’alam Bisshowab.

    Penulis: Yulia Mayasari

    Editor: Henik Ika Ulfawati


  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.