• Ingin Sukses? Kurangi Banyak Alasan

    Karya :  Hanik As’adah


    Bermimpi tinggi itu bagus. Lebih bagus lagi, apabila bangun untuk mewujudkan mimpi. Akan tetapi, tidak bagusnya adalah hanya sekadar bermimpi. Mimpi itu, ibarat sebuah cita-cita yang harus diperjuangkan dan diwujudkan.

    Dalam perjalanan hidup seseorang pasti memiliki mimpi yang telah terlukis di dalam hati dan akal. Rencana yang telah tersusun rapi siap untuk direalisasikan. Tetapi,  terkadang hal tersebut telah menjadi tradisi di beberapa orang, yaitu rencana tanpa realita.Mungkin hal ini sudah menjadi hal yang biasa ‘Rencana Tanpa Realita’. Namun, bagi orang yang ingin cepat menyelesaikan segala urusan yang dihadapi, pasti mencari apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Apa yang menjadi dasar setiap misi yang telah direncanakan selalu gagal untuk mencapai visi, banyak alasan. Sedangkan orang-orang sukses selalu bergerak dinamis.

    Berbeda dengan orang-orang yang tidak memiliki ambisi sama sekali. Untuk mencapai bayangan menjadi kenyataan tersebut saja bahkan terlihat semu. Selalu muncul berbagai macam alasan dalam benaknya untuk mencapai kemenenangan diri. Rasa bersalah pada dirinya untuk memperbaiki pun tidak ada, dan  kepada hal yang membuat seseorang tersebut dalam koridor kenyamanan tetap melekat.

    Sebuah alasan terlihat begitu kecil. Apa mau kuberitahu satu rahasia? Sebenarnya hal seperti ini dilakukan untuk melakukan pembelaan untuk dirinya sendiri. Ketika berada pada ruang yang membuatnya tidak nyaman, merasa dipojokkan. Alasan itu jawabannya. Alasan akan menjadikan seseorang mengalami ketergantungan dalam upaya menggagalkan masalah. Bukan menerima tantangan untuk mencapai kemenangan, akan tetapi menolak tantangan untuk tetap berada dalam area kenyamanan.

    Jika hal tersebut akan berlanjut secara terus menerus, dikhawatirkan seseorang tidak memiliki masa depan yang cemerlang. Meskipun banyak yang berbicara, saya ingin sukses, saya ingin menjadi artis, saya ingin menjadi pilot, dan sebagainya,  namun usahanya tidak ada.  Bukan bagaimana cara untuk mencapai cita-cita yang diinginkan, melainkan ingin mencapai keselamatan dengan jalan pengambilan alasan sebagai pokok ajarannya. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Tidak ada orang sukses dengan banyak alasan, melainkan orang gagallah yang akan membawa tumpukan alasan-alasan.

    Orang gagal selalu memiliki banyak cara untuk mencapai kegagalan. Begitupun orang sukses, selalu memiliki jalan untuk mencapai kesuksesan dirinya sendiri. “Orang sukses bisa dilihat dari bagaimana cara seseorang duduk, berjalan, atau bahkan kesehariannya” ujar Dr. Mohammad Nasih, M.Si., seorang Doktor Ilmu Politik UMJ , founder Rumah Perkaderan Monash Institute Semarang dan SMP Alam Planet Nufo Rembang yang selalu memberikan wejangan kepada para mahasantrinya ketika kajian al-Qur’an selesai jamaah maghrib dan subuh. Hal tersebut bisa dibuktikan oleh cita-cita Mohammad Nasih yang dulu ingin memiliki Rumah Perkaderan, Civitas Academia yang independen, memiliki 50 rumah untuk para doktor & hafidh/hafidhah, dan sebagainya. Dari beberapa cita-citanya tersebut telah terwujudkan, meskipun yang lain masih dalam proses mewujudkannya. 

    Ketika mengalami kegagalan, orang sukses pasti akan mencari akar dari kegagalan tersebut. Seseorang pasti akan mencari celah jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dialaminya. Selalu banyak cara yang dilakukan untuk menutup kesalahan tersebut dengan melakukan usaha sekuat tenaga untuk mencapai sebuah kesuksesan.

    Kegagalan adalah guru sejati. Mengapa demikian? Dengan kegagalan seseorang bisa mengambil hikmah dari apa yang telah ia alami. Kegagalan bukanlah kunci bahwa seseorang itu lemah dalam menjalankan, tetapi sebuah ujian untuk membongkar dan merenovasi kembali apa yang telah ia susun menjadi susunan yang jauh lebih baik lagi untuk mencapai kesuksesan.

    Kegagalan pun merupakan ujian yang diberikan Allah untuk para hambanya. Sekebal apakah seseorang dalam menghadapi sebuah kegagalan. Bangkit atau tumbang, ketika kegagalan itu telah menghampiri. Kemudian seberapa besar kekonsistenan & keistiqamahan seseorang dalam urusan yang telah dipilihnya.

    Gagal memang perlu, tetapi tidak menjadikan seseorang berhenti begitu saja. Gagal mengajarkan kita bagaimana bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kesempatan kepada  hamba-Nya untuk selalu bermuhasabah memperbaiki diri. Kurangilah alasan. Karena alasan merupakan ciri-ciri orang yang ingin gagal. Orang sukses tidak kenal alasan, karena alasan hanyalah omongan belaka.


    Editor : Ratna

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.